Sunday 17 February 2019

Emosi


Baru aja aku share di Instastory tentang 'What Gold Told Me This Month'. Bulan ini, di ibadah Youth at my local church, temanya 'First Aid Kit' atau pertolongan pertama untuk urusan hati. Jadi, bulan ini kita bahas lebih banyak tentang hubungan, baik itu hubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dan dengan sesama.



Kerennya, bulan ini aku juga dihajar di masalah hubungan ini. Aku ini orangnya paling nggak suka ada konflik. Aku nggak suka confront, aku suka diem aja. Aku malah bisa dibilang selalu berusaha menghindari konflik, selalu menghindar sampai di titik yang bikin aku jadi super cuek. Tapi belakangan aku sadar kalo sikap seperti ini nggak baik.

Teman yang baik adalah teman yang mau menegur, bukan hanya support. Ada saat dimana aku memberanikan diri untuk 'mengingatkan' bahkan confront kalo aku menemukan sikap yang nggak benar. Ya seperti yang aku duga, hasilnya adalah konflik. Nggak semua orang itu nyaman untuk diingatkan, nggak semua orang suka ditegur. Bisa jadi orangnya ngambek, marah, dan yang paling sedih bikin hubunganmu pecah, nggak seperti dulu lagi.

Ini, bagian ini nih yang aku nggak suka. Setiap ada konflik aku selalu kepikiran, nggak ada damai sejahtera, energi terkuras habis untuk mikirin hal-hal seperti ini. Nggak berhenti sampai di sini, ketika kita kemudian diberi respon yang nggak enak, dihina, nggak dihargai, yang bikin hati ini sedih dan sakit, rasanya kepingin banget bales supaya ini orang bisa mengerti salahnya dimana. Tapi kita mesti inget, pembalasan nggak seharusnya ada di tangan kita.


Boleh emosi tapi nggak boleh berbuat dosa. Seringkali ketika orang emosi, dia selalu mengeluarkan sikap dan kata-kata yang jelas tujuannya ingin menyakiti lawan bicaranya. Tapi kita sebagai orang yang dewasa dan ngerti Firman Tuhan, nggak seharusnya kita bersikap demikian. Justru, dengan adanya kondisi seperti ini, pikiran kita harus di-switch ke point of view yang lain.

Orang-orang menjengkelkan ini mungkin memang sengaja ditaruh di kehidupan kita, supaya kita sendiri yang mengalami perubahan karakter. Jadi orang baik susah, banget, jadi orang benar lebih susah lagi. Pada umumnya, kita selalu kepingin orang-orang di sekitar kita ini berubah, tapi mungkin ini saatnya kita yang berubah dulu, dalam bersikap, dalam merespon orang-orang seperti ini.

Aku juga share hal ini di Instastory. Kita ini identitasnya anak Allah yang tugasnya untuk membawa damai. Membawa damai ini harus, kudu diusahakan, nggak bisa cuma dibawa doa atau berpuasa. Ketika kita emosi, isi pikirannya cuma kepingin bales orang yang menyakiti kita, maka kamu akan kehilangan damai sejahtera, kamu nggak bisa dengar apa yang Tuhan mau terjadi dalam diri kita.

Terus, kalo kita ini bales jahat orang yang berbuat jahat ke kita. Apa bedanya kita sama orang tersebut? Ada juga yang tanya gini, orang ini bertahun-tahun nggak berubah, selalu menyakiti aku, aku padahal nggak bales, malah orang ini selalu negatif thinking sama aku. Aku mesti gimana?


Jawabannya cuma satu, mengampuni. Mengampuni bukan bicara soal oke aku sudah mengampuni orang itu kok. Lebih dari itu, mengampuni bicara soal kita merendahkan hati untuk mau ajak ngomong orang itu duluan, merendahkan hati untuk berusaha membangun lagi affection yang sudah rusak karena konflik yang sebelumnya terjadi.

Mengampuni bicara soal sikap hati yang tulus untuk memberikan kesempatan lagi dan lagi kepada orang tersebut. Orang tulus bukan orang yang bodoh. Orang tulus bukan orang yang polos atau innocent. Sikap tulus ini keputusan, untuk tetap stay positive walau dia sendiri tahu orang ini ada kans untuk someday akan menyakiti kita lagi.

Satu lagi hal penting yang aku mau share, mengampuni ini perkara besar. Kita sendiri di dunia nggak lepas dari dosa atau kesalahan. Dimana kita sendiri juga butuh pengampunan Tuhan. Pada Markus 11 : 25-26 jelas tertulis kalau kamu nggak mengampuni sesamamu, jangan harap Tuhan akan ampuni kesalahanmu. Pengampunan ini perkara besar, yang nggak bisa dianggap sepele.


Keliatan mudah ya pas diomongin (atau kalau di sini, ditulis) tapi sangat sangat susah untuk dilakukan. Butuh penekanan ego, butuh sikap rendah hati, sulit, banget, tapi bisa. Ya kondisi seperti inilah saat dimana kita butuh pertolongan Roh Kudus. Inilah waktunya kita minta bantuan Roh Kudus untuk bisa memampukan kita mengampuni orang yang nggak layak kita ampuni.

Ini pertama kalinya aku memberanikan diri untuk state suatu statement yang keras, bahkan mungkin bisa nggak diterima sama beberapa pihak. Well, pemikiran seperti ini juga reminder dan tamparan buat aku, hopefully beberapa paragraf ini juga bisa mengingatkan dan memberkati temen-temen yang baca.



What I Wear :
Eyewear from Karamata | Bag from Scipaprock
Necklace from Selfish | Watch from Wish | Heels from Ailishoes

Venue :
Pavilion, JW Marriot Hotel, Surabaya


So, that’s practically what I want to say. Thanks for reading. I hope you find this post useful. I’ll see you soon!

W R I T T E N   W I T H   L O V E   B Y
 

No comments:

Post a Comment